Masjid Istiqlal, kayak Mal kata Anak Saya.

Masjid Istiqlal, kayak Mal kata Anak Saya.

Langkah kaki saya tertinggal jauh, oleh anak istri, ibu mertua dan Bude, sungguh kali ini saya masih menemani pakde saya dengan langkah kecilnya.

Maklum pakde saya sedang di beri ujian penyakit stroke di kali dan tangan kirinya. Tapi dengan langkah pakde yang lamban ini saya bisa menikmati perjalanan dari parkiran menuju masjid.

mengabadikan perjalanan dengan kamera oppo neo-5 kesayangan saya.

kali ini langkah kami berlabuh di sebuah mesjid yang konon terbesar se asia tenggara. namanya Masjid Istiqlal.



Sekilas Tentang Istiqlal

Masjid Istiqlal (arti harfiah: Masjid Merdeka) adalah masjid nasional negara Republik Indonesia yang terletak di bekas Taman Wilhelmina, di Timur Laut Lapangan Medan Merdeka yang di tengahnya berdiri Monumen Nasional (Monas), di pusat ibukota Jakarta. 

Di seberang Timur masjid ini berdiri Gereja Katedral Jakarta. Imam besarnya adalah Prof. Dr. Nasaruddin Umar, M.A. dan Ketua Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal sekarang adalah K.H. Muhammad Muzammil Basyuni.

Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir. Soekarno. Peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid Istiqlal dilakukan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1951. 


Arsitek Masjid Istiqlal adalah Frederich Silaban, seorang Kristen Protestan.

Masjid ini memiliki gaya arsitektur modern dengan dinding dan lantai berlapis marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja antikarat. Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar. 


Bangunan utama itu dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter yang ditopang 12 tiang besar. Menara tunggal setinggi total 96,66 meter menjulang di sudut Selatan selasar masjid. Masjid ini mampu menampung lebih dari 200.000 jamaah.

Selain digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam, masjid ini juga digunakan sebagai kantor berbagai organisasi Islam di Indonesia, aktivitas sosial, dan kegiatan umum. Masjid ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata yang terkenal di Jakarta. 


Kebanyakan wisatawan yang berkunjung umumnya wisatawan domestik di samping sebagian wisatawan asing yang beragama Islam. 

Masyarakat non-Muslim juga dapat berkunjung ke masjid ini setelah sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai Islam dan Masjid Istiqlal, meskipun bagian yang boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi pemandu.
 #Wikipedia 


Masjid Istiqlal, kayak Mal kata Anak Saya.

di pelataran pintu masuk masjid, terdapat banyak pedagang makanan ringan dan minuman mineral, agak sumpek juga saya liatnya. sebab jadi agak semrawut pintu masuknya.

beberapa kali saya dengar para pedagang yang membandel di beri peringatan untuk memberi ruang plewat bagi para pengunjung.

Masjid Istiqlal, kayak Mal kata Anak Saya.

di sini para pengunjung di haruskan melepas alas kaki, dan di sini pula para penjual kantong plastik menawarkan kantong plastik untuk wadah sendal.

"Biar gak ilang" katanya.

benar juga sih, kalu tidak di masukkan wadah kantong, bisa-bisa yang kanan sama kiri tercercer saat di titipkan. dan untuk memudahkan menitipkan beberapa sandal dalam satu wadah.

Masjid Istiqlal, kayak Mal kata Anak Saya.

nah di sini nih yempat penitipannya."Gratis" tulisnnnya gede banget.

dan di sini anak saya nyeloteh. "Wah... masjidnya kayak mal."

saya enggak ngerti maksudnya, mungkin karena baru pertama kali dia melihat masjid seramai ini dan seluas ini. jadi mirip di mal pikirnya.

Masjid Istiqlal, kayak Mal kata Anak Saya.

Tempat wudu pria masjid istiqlal.

Masjid Istiqlal, kayak Mal kata Anak Saya.

Lantai 2 atau lorong koridor tempat sholat. di lorong ini terdapat pedagang di kanan dan kirinya. ini juga yang mungkin bagi anak saya mirip mal.

Masjid Istiqlal, kayak Mal kata Anak Saya.

Yang di jual di sini, macem-macem, mulai dari baju, makanan, buku minyak wangi dll.

Masjid Istiqlal, kayak Mal kata Anak Saya.


Masjid Istiqlal, kayak Mal kata Anak Saya.


Masjid Istiqlal, kayak Mal kata Anak Saya.

3 komentar

  1. Ngak buka lapak juga mas disana ? :)

    Mas Sich beruntung bisa kesana, saya mah cuma nnton di tivi. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. enggak kang lapaknya udah penuh. ;)

      bukan beruntung Kang, kebetulan saya tinggal di jakarta jadi masjidnya terjangkau.

      Hapus
  2. Saya puluhan tahun tinggal di Jakarta, malah belum pernah masuk sekalipun ke masjid Istiqlal, hahaha, katro banget dah ah. Beruntung banget uda masuk kesana ya. Kok banyak yang jualan ya, pemandangannya jadi kayak mall, benar kata anaknya mas.

    BalasHapus