Kisah mengharukan si Abang Penambal Panci

Jaman sekarang, kalo ada panci yang bolong di dapur  apa sih yang mesti lakukan? cara paling simple sih membuangnya dan membeli yang baru

“hari gini nambal panci bolong gak la yau, secara harga panci baru sama harga nambalnya gak jauh beda , Cuma beda beberapa perak doang, mending beli baru”.

Itu sih mungkin yang ada di pikiran ibu-ibu  jaman sekarang, karena mencari hal yag lebih praktis.



Tapi di balik semua itu…

Di Jaman serba canggih sekarang ini profesi sebagai penambal panci bolong emang  semakin langka, karena mungkin ibu – ibu udah gak begitu minat dan pada nyari praktis tadi, otomatis para penambal panci banyak yang gulung tikar, alias menutup usahanya.

Masih adakah tukang tambal panci saat ini?


Penambal Panci Bolong

Ternyata di zaman serba modern sekarang ini,  profesi penambal panci masih ada saja  yang melakoninya.

Begini ceritanya…

Beberapa waktu yg lalu istri saya sempat mendapati ada tukang tambal panci keliling, dengan suara khas krecekannya, crekk.. creek.. crekk…

Tanpa pikir panjang istri saya menyetop si tukang tambal panci tersebut, karena kebetulan ada salah satu panci yang biasa buat masak mie instan bocor.

Sebenarnya panci ini sudah akan di buang yah pikir-pikir kalau di perbaiki harganya juga ga jauh beda ama beli baru, tapi kok ini panci urung di buang dan masih aja tersangkut di rak piring.

Istri saya sebenarnya agak heran, jaman sekarang masih ada yang berprofesi sebagai penambal panci, dia kira tuh udah punah. Soalnya udah lama juga gak pernah liat.

Si bapak penambal panci ini sudah renta, dan usianya mungkin sudah di atas 60 tahun. Dengan membawa pikulan yang berat,  berisi peralatan untuk penambalan dan ada alat untuk pembakaran.

Iseng, Istri saya sedikit wawancara beliau, “memang masih ada yang pada nambal panci pak?.”

 “ Ya ada si neng satu atau dua mah.” Katanya.

“trus sampai jam berapa bapak biasanya.”  tanya istri saya lagi.

“ ya, sekuat kaki jalan aja, neng,” Katanya lagi.

Ya gak tega juga ngeliatnya, udah bawa pikulan berat, keliling kampung sekuat kaki , eh yang nambal paling Cuma satu atau dua orang sehari.

“Harga buat nambel itu Cuma 6000 Ribu Rupiah per-lubang
Jadi ya mana cukup ya buat makan sehari,” pikir istri saya.

Sebelumnya istri tawar-menawar buat satu harga panci bolong…
Tapi setelah denger cerita si Bapak tadi,  dengan yang tadinya nawar malah jadi ga tega dan ngasih lebih.

Gak kebayang gimana buat makan sehari-hari dan untuk mencukupi kebutuhan lainnya…belum untuk anak dan istrinya, dengan penghasilan yang gak seberapa.

Dibanding dengan kita yang sudah punya penghasilan tetap masih banyak yang kurang bersyukur bahkan masih mengeluh.

Ini sebagai bahan  renungan kita…

Mungkin nilai yang kita berikan ke seseorang itu amat kecil bagi kita dan tidak seberapa, namun bisa jadi bagi mereka itu sesuatu hal yang amat besar dan berharga.      

Semoga cerita ini menginspirasi untuk kita saling berbagi…

Selamat berbagi…

4 komentar

  1. ya,,, betul sekali, hati kita sering trenyuh dikala mendengar penghasilan orang lain yg tidak sesuai dengan perjuangannya.

    Dan Mas Andi sudah membantu Sang Bapak tsb dalam meringankan beban Ekonomi Rumah Tangganya,cukup patut untuk diacungi jempol atas sikap Mas Andi Dan Keluarga.

    saya malah berpikir, kalau seandainya sang bapak itu adalah Orang Tua kita, sdh pasti akan membuat kita sangat sedih, seharusnya diusia seperti bpk itu tdk perlu lg bisnis keliling cukup usaha dirumah saja, tpi apa hendak dikata situasi yang memaksa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kang bapak itu kasian udah penghasilan kecil harus bawa beban berat yang di pikul.

      udah gitu belum tentu ada yang mau nambal.

      sedih juga sih seandainya orang yang kita cintai mengalami hal seperti itu.

      semoga bapak itu selalu di berikan kesehatan dan rezeki yang banyak ya kang. Aamiin...

      Hapus
  2. owh baru tahu juga masih ada yah profesinya

    BalasHapus